INFORMASI Kami sedang mencari penulis yang tertarik untuk bergabung! KLIK DISINI

Mari Kenali Pemimpin Malaysia Ke-10 | Dato' Seri Haji Anwar bin Ibrahim

Widget By - SoraBloggingTips

Mari Kenali Sosok Pemimpin Negara Malaysia Ke-10



Seperti yang diketahui, Malaysia pada tarikh 19 November 2022 telah melaksanakan sebuah pilihan raya bagi memilih para calon untuk memimpin Negara Malaysia. Untuk pengetahuan anda, Malaysia telah menetapkan 5 tahun sekali pengudiaan bagi memilih parti yang akan memerintah.

Setelah pengiraan jumlah undi, buat pertama kali dalam sejarah politik Malaysia, dimana tiada parti yang mendapatkan majoriti mudah. Apa itu majoriti mudah? Majoriti mudah adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menunjuk sebuah parti yang mendapatkan undi sebesar 120 buah kerusi.

Sayangnya hal ini tidak terjadi bagi PRU-15 kali ini. Dikeranakan itu, Negara Malaysia sempat tidak memiliki kabinat pemerintahan selama seminggu, sebelum akhirnya  Yang di-Pertuan Agong, Al-Sultan Abdullah Ri’ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah telah berkenan memutuskan untuk melantik Dato' Seri Haji Anwar Bin Ibrahim sebagai PM ke-10 Malaysia.

Keputusan ini dibuat setelah perbincangan antara raja-raja Melayu yang diadakan pada pagi hari pelantikan PM tersebut.

𑁋𑁋𑁋𑁋𑁋𑁋𑁋𑁋𑁋𑁋𑁋𑁋𑁋𑁋𑁋𑁋𑁋𑁋𑁋𑁋𑁋𑁋𑁋𑁋𑁋𑁋𑁋𑁋𑁋𑁋𑁋𑁋𑁋𑁋

📑Isi Kandungan

𑁋𑁋𑁋𑁋𑁋𑁋𑁋𑁋𑁋𑁋𑁋𑁋𑁋𑁋𑁋𑁋𑁋𑁋𑁋𑁋𑁋𑁋𑁋𑁋𑁋𑁋𑁋

Biodata Dato' Seri Haji Anwar Bin Ibrahim



Anwar Ibrahim, juga dipanggil Anwar bin Ibrahim, telah lahir pada 10 Ogos 1947, Cherok Tok Kun, Penang, Malayan Union [Kini Malaysia]. Beliau merupakan seorang politisi Malaysia, reformis, dan Islamis moderat. Beliau mula memegang banyak jabatan dalam pemerintahan di akhir abad ke-20 sebelum di jebuskan ke penjara karena tindak rasuah pada tahun 1999. Setelah dibebaskan dari penjara, Beliau memainkan peranan sebagai kunci dalam redistribusi kekuasaan dalam legislatif Malaysia. Namun, karir politiknya kembali terhenti ketika ia divonis bersalah atas kasus seksual pada tahun 2014 dan dipenjara hingga tahun 2018 sebelum mendapat pengampunan dari agong.

Sekilas Biografi Tentang Dato' Seri Anwar Ibrahim



Dato' Seri Anwar Ibrahim memulai karir politiknya pada akhir 1960-an di Universiti Malaya yang bertempat di Kuala Lumpur, yang di mana ia dikenal sebagai pemimpin mahasiswa Islam. Pada tahun 1971 ia mendirikan Gerakan Pemuda Muslim Malaysia, sekaligus menjabat sebagai presidennya hingga tahun 1982. 

Terlepas dari kritiknya terhadap koalisi Barisan Nasional (BN) yang berkuasa dan komponennya yang paling kuat, Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO), Anwar pada tahun 1982 telah menerima undangan dari perdana menteri saat itu, Tun DR. Mahathir bin Mohamad untuk bergabung dengan UMNO dan pemerintahannya. 



Setelah bergabung, kariar Anwar terus melonjak pesat. Dalam masa tersebut, beliau telah menjabat sebagai menteri kebudayaan, pemuda, dan olahraga (1983), pertanian (1984), dan pendidikan (1986 –1991) sebelum diangkat menjadi menteri keuangan (1991 – 1998) dan wakil perdana menteri (1993 –1998). Di tampok kepimpinan beliau, ekonomi Malaysia telah meningkat dengan sangat luar biasa selama tahun 1990-an. Hal ini telah menjadikan beliau mendapatkan rasa hormat dari rakan-rakannya dari seluruh dunia. 

Namun, selama krisis keuangan Asia tahun 1997, ia berselisih dengan PM, Tun DR. Mahathir mengenai penerapan langkah-langkah pemulihan ekonomi. Dato' Seri Anwar pada akhirnya diberhentikan pada tahun 1998, dan pada tahun 1999, ia dipenjara atas tuduhan rasuah, yang kemudian ditambahkan kes tuduhan seksual.


Setelahnya, pada 31 Oktober 2003 Tun DR. Mahathir telah digantikan oleh Abdullah Ahmad Badawi sebagai PM ke-5 Malaysia hingga 3 April 2009, dan pada tahun 2004 Pengadilan Tinggi Malaysia membatalkan hukuman seksual Dato' Seri Anwar dengan alasan kurangnya bukti. 


Dato' Seri Anwar kemudiannya telah memegang posisi Pensyarah di Universiti Oxford, Universiti Johns Hopkins, di Baltimore, Maryland, dan Universiti Georgetown, di Washington, DC.

Pada tahun 2007, dengan pemerintahan Abdullah Ahmad Badawi yang mengalami stagnasi di tengah skandal dan gejolak sosial dan ekonomi, pihak oposisi historis negara yang berbeda pandangan dengan PM telah bersatu di sekitar reformis Dato' Seri Anwar. 

Awal tahun 2008, Dato' Seri Anwar telah mengambil alih kepemimpian de facto dari koalisi oposisi tiga partai,  Aliansi Rakyat (Pakatan Rakyat, PR) yang terdiri dari Parti Keadilan Rakyat (PKR), Parti Islam Pan - Malaysia (Parti Islam SeMalaysia, Pas), dan Parti Aksi Demokratik (DAP). 



Sebelum pemilihan umum untuk majlis rendah parlemen Malaysia pada Mac 2008, Dato' Seri Anwar yang meskipun dilarang memiliki kekuasaan dalam jabatan politik sampai bulan April telah berkempen secara aktif atas nama PR. Pesan koalisi tentang kesetaraan etnis, toleransi beragama, dan pasar terbuka adalah sebuah reformis yang telah lama dipegang oleh Daro' Seri Anwar.

Dengan mengumpulkan dukungan yang cukup, beliau telah berjaya mematahkan mayoritas dua pertiga BN yang berkuasa di parlemen, yang sebelumnya hanya pernah dipatahkan sekali sejak Malaysia memperoleh kemerdekaan pada tahun 1957.

Pada Ogos 2008, sebagai pemimpin oposisi utama, Dato' Seri Anwar telah memenangkan pemilihan sela untuk menduduki kursi di majlis rendah, sebuah langkah besar dalam rehabilitasi karir politiknya. Segera setelah kemenangan telak di distrik asalnya, Permatang Pauh, Penang, ia meluncurkan kempen keras untuk menjatuhkan pemerintahan Abdullah Ahmad Badawi, yang merupakan anggota partai UMNO. 

Pada pertengahan September, Dato' Seri Anwar telah meminta Abdullah Ahmad Badawi untuk mengadakan sebuah pertemuan sidang darurat parlemen. Beliau menyatakan bahwa ia memiliki cukup dukungan untuk melakukan undi tidak percaya terhadap pemerintah. Perdana menteri menolak dan mengancam tindakan terhadap Anwar, yang dia nyatakan sebagai ancaman bagi keamanan negara. 



Pada akhirnya, Abdullah Ahmad Badawi telah mengumumkan pada bulan Oktober bahwa ia akan mengundurkan diri pada bulan March tahun berikutnya. Pada April 2009, Najib Razak, juga dari UMNO, telah menggantikan Abdullah Ahmad Badawi, dengan Dato' Seri Anwar sebagai saingan politik utamanya.

Kendala lain muncul menghambat lintasan politik Anwar ketika sesaat sebelum pemilu 2008, tuduhan seksual baru telah diajukan terhadapnya. Beliau akhirnya dibebaskan dari tuduhan itu pada awal 2012 setelah persidangan selama dua tahun. 

Dato' Seri Anwar dan Humas berharap untuk memperbaiki penampilan oposisi pada pemilu 2008 dalam pemilihan parlemen 2013 mendatang. Meskipun PR menjaring beberapa kursi lagi dalam pemungutan suara yang diadakan pada awal Mei, BN mempertahankan majoriti sederhananya di majlis rendah. 

Sesaat sebelum pemilu 2014 di Selangor, Dato' Seri Anwar yang telah diharapkan menjadi perdana menteri seterusnya, telah dihadapkan dengan fakta pahit ketika pengadilan banding memutuskan untuk membatalkan pembebasannya pada 2012, dan dia dijatuhi hukuman lima tahun penjara. 

Pada tahun 2015, Pengadilan Federal Malaysia menguatkan keyakinan dan hukuman tersebut. Dato' Sei Anwar telah membantah tuduhan tersebut dengan alasan ada tindak “konspirasi politik.”

Ketika pemerintahan Dato' Sri Najib Razak terlibat dalam skandal keuangan yang melibatkan dugaan penggelapan miliaran dolar dari dana pembangunan negara, Mahathir muncul dari masa pensiunnya untuk menjadi pemimpin oposisi. Mahathir menyatakan bahwa jika terpilih sebagai perdana menteri, dia akan berusaha untuk mendapatkan pengampunan kerajaan atas nama Anwar, sebuah langkah yang akan memungkinkan Anwar untuk kembali ke politik. 



Selanjutnya, Mahathir yang ketika itu berusia 92 tahun berjanji untuk mundur setelah dua tahun, menyerahkan kantor kepada Anwar. Dalam kekecewaan yang mengejutkan, koalisi oposisi Mahathir mengakhiri enam dekade kekuasaan BN ketika menang dalam pemilihan parlemen yang diadakan pada 9 Mei 2018. 

Dalam salah satu tindakan pertamanya di kantor, Mahathir mengajukan petisi kepada Sultan Muhammad V untuk mendapatkan pengampunan memaafkan Anwar, dan pada 11 Mei 2018, Mahathir mengumumkan bahwa agong telah menyetujui permintaan itu. Anwar pun akhirnya dibebaskan lima hari kemudian.

Melanjutkan karir politiknya, Anwar mencalonkan diri untuk kursi di parlemen, dan dia terpilih pada Oktober 2018.

Anwar Ibrahim: Mimpi lama untuk memimpin Malaysia



Dikenal karena karir politiknya yang penuh gejolak dan usahanya selama puluhan tahun untuk memimpin Malaysia, Anwar Ibrahim telah menjadi salah satu tokoh paling terkenal dan kontroversial di Asia Tenggara.

Di puncak menjadi perdana menteri beberapa kali, dia dijatuhkan bukan hanya oleh satu tapi dua tuduhan sodomi. Dia dipenjara selama bertahun-tahun di bawah kepemimpinan politik Mahathir Mohamad, yang juga pernah menjadi mentor bagi sosok Anwar. Hubungan roller-coaster antara kedua lelaki itu yang akan menentukan tidak hanya kekayaan Anwar, tetapi juga politik Malaysia.

Pendakian cepat



Dato' Seri Anwar, sekarang berusia 73 tahun, pertama kali dikenal sebagai pemimpin mahasiswa yang karismatik, yang mendirikan gerakan pemuda Islam Malaysia, ABIM. Dia mengejutkan banyak orang dengan bergabung dengan Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO), partai yang sudah lama berkuasa, pada tahun 1982.

Tapi itu terbukti menjadi langkah politik yang cerdik – dia menaiki tangga politik dengan cepat dan memegang beberapa jabatan menteri. Pada tahun 1993, beliau telah menjadi wakil Perdana Menteri di bawah kepemimpinan Tun Mahathir dan secara luas diharapkan untuk menggantikannya. Namun ketegangan muncul setelah krisis keuangan Asia tahun 1997, karena bentrok dengan ekonomi dan rasuah.

Penjara



Pada September 1998, Anwar telah dipecat dari jawatannya dan kemudian memimpin protes publik terhadap Tun Mahathir. Itu adalah awal dari Reformasi, sebuah gerakan reformasi yang akan mempengaruhi generasi aktivis demokrasi Malaysia. Dato' Seri Anwar kemudiannya telah ditangkap dan akhirnya didakwa dengan aksi sodomi dan rasuah – tuduhan yang dia bantah dalam persidangan kontroversial berikutnya.

Sementara mayoritas Muslim Malaysia mengkriminalisasi aktiviti homoseksual, hukuman jarang terjadi dan kasus terhadap Anwar dikecam secara internasional karena bermotif politik. Protes jalanan yang penuh kekerasan meletus ketika dia dipenjara selama enam tahun karena rasuah. Setahun kemudian dia dijatuhi hukuman sembilan tahun karena aksi sodomi.

Anwar selalu mempertahankan keyakinan bahawa tuduhan itu sebagai bagian dari kampanye kotor untuk menyingkirkannya sebagai ancaman politik bagi Tun Mahathir. Pada akhir 2004, setahun setelah Tun Mahathir mengundurkan diri sebagai perdana menteri, Mahkamah Agung Malaysia membatalkan hukuman sodomi dan membebaskan Anwar dari penjara.

Oposisi yang berkembang, tuduhan baru



Setelah dibebaskan, ia muncul sebagai kepala de facto dari oposisi yang baru saja dihidupkan kembali, yang mencatatkan penampilan yang hebat dalam pemilihan 2008.

Namun klaim sodomi kembali diajukan terhadap Anwar pada 2008, dalam apa yang dia katakan sebagai upaya lain oleh pemerintah untuk mengesampingkannya. Pengadilan Tinggi akhirnya membebaskan Anwar dari tuduhan pada Januari 2012, dengan alasan kurangnya bukti.

Tahun berikutnya, ia memimpin pihak oposisi ke level baru dalam pemilihan yang memberikan pertunjukan terburuk bagi koalisi Barisan Nasional yang berkuasa.

Mahathir Mohamad: Orang yang mendominasi politik Malaysia

Politik dan pemilihan multi-ras Malaysia



Pemuda Malaysia memiliki kekuatan yang tidak mereka gunakan. Tapi sekali lagi ambisi Anwar telah digagalkan. Saat dia bersiap untuk bertarung dalam pemilihan negara bagian pada tahun 2014, pembebasan sebelumnya telah dibatalkan dan beliau dikirim kembali ke penjara.

Kembalinya Dalam Politik



Dalam pergantian peristiwa yang mengejutkan pada tahun 2016, mantan saingannya, Tun Mahathir, mengumumkan bahwa dia akan keluar dari masa pensiunnya untuk mencalonkan diri sebagai pejabat tinggi lagi.

Lelaki berusia 92 tahun itu mengatakan, dia muak dengan tuduhan rasuah yang menimpa perdana menteri saat itu, mantan anak didik lainnya, Dato' Seri Najib Razak. Namun untuk mementaskan kembalinya Tun Mahathir, beliau membuat kesepakatan yang tidak mungkin dengan Anwar yang masih dipenjara, yang sehingga kini masih tetap sangat populer di kalangan pendukung oposisi.

Dalam momen yang banyak dipublikasikan, keduanya bertukar jabat tangan yang sebelumnya tidak terpikirkan, menandai dimulainya reuni politik yang luar biasa. Tun Mahathir memimpin aliansi Pakatan Harapan menuju kemenangan dalam pemilihan Utama Pada 2018, mengakhiri 61 tahun berturut-turut Barisan Nasional dalam memerintah negara Malaysia.

Tun Mahathir sekarang menjadi perdana menteri Malaysia lagi, dan mengindikasikan dia akan menyerahkan kekuasaan kepada Anwar dalam waktu dua tahun. Dia juga memenuhi janjinya untuk membebaskan Anwar dari penjara, memulai pengampunan penuh.

Kerumunan euforia meneriakkan “panjang umur Anwar” menyambut pemimpin baru yang sedang menunggu pembebasannya dari penjara saat dia melihat lebih dekat dari sebelumnya untuk mencapai impiannya sebagai perdana menteri.

“Sekarang ada fajar baru untuk Malaysia. Saya harus berterima kasih kepada rakyat Malaysia,” kata Anwar dalam konferensi pers saat pembebasannya. "Seluruh spektrum orang Malaysia, tanpa memandang ras atau agama, telah berdiri dengan prinsip-prinsip demokrasi dan kebebasan. Mereka menuntut perubahan.” Tambahnya lagi.

Malaysia mendapat PM baru setelah berminggu-minggu kekacauan

Koalisi dipersingkat



Koalisi Pakatan Harapan yang baru menyatukan empat partai ke dalam koalisi multi-etnis pertama Malaysia yang benar-benar mendapat dukungan di antara mayoritas Muslim Melayu serta minoritas Cina dan India yang cukup besar di negara Malaysia.

Sebagian memandangnya sebagai tanda bahwa Malaysia siap untuk bersatu melintasi garis ras yang mendominasi kehidupan politik sejak perpecahan yang muncul di bawah kekuasaan kolonial.

Namun aliansi tersebut, yang ditempa atas janji Tun Mahathir untuk menyerahkan kekuasaan kepada Anwar, kemudian mulai terlihat genting karena nonagenarian terus menggeser tiang gawang untuk penyerahan. Ini mulai terurai di tengah pertikaian sengit atas suksesi dan kebangkitan nasionalisme Melayu.

Pada bulan Februari, pengunduran diri Mahathir yang tak terduga menyebabkan keruntuhan koalisi, menjerumuskan Malaysia ke dalam periode kekacauan politik yang belum pernah terjadi sebelumnya. Agong Malaysia, yang memiliki keputusan akhir tentang siapa yang harus membentuk pemerintahan, telah memilih Tan Sri Dato' Haji Muhyiddin Yassin untuk memimpin, secara efektif memulihkan kekuasaan orde lama.


Tetapi dalam putaran terbaru dalam turbulensi politik yang sedang berlangsung, pada September 2020 Anwar mengatakan dia memimpin mayoritas parlemen yang “kuat” dan sedang mencari audiensi dengan raja untuk membentuk pemerintahan baru.

Klaimnya telah ditolak oleh Muhyiddin, yang mengatakan bahwa dia masih sangat bertanggung jawab, sementara raja saat ini berada di hospital. Masih harus dilihat apakah Anwar masih akan naik menjadi perdana menteri dalam usahanya untuk menduduki jabatan puncak.

Anwar Ibrahim dari Malaysia yang dibebaskan memuji ‘fajar baru’ setelah kemenangan jejak pendapat



Politisi reformis Anwar Ibrahim memuji “fajar baru” bagi Malaysia atas pembebasannya dari penjara, beberapa hari setelah kemenangan pemilihan oposisi yang menakjubkan. Anwar mengatakan kepada para pendukung yang gembira bahwa dia sepenuhnya mendukung sekutunya dan mantan saingannya, Perdana Menteri Tun Dr. Mahathir Mohamed.

Sebelumnya, dia diampuni dari apa yang secara luas dilihat sebagai keyakinan bermotif politik dalam tindakan sodomi. Tun Mahathir, yang meminta pengampunan, telah berjanji untuk bersara agar Anwar menjadi perdana menteri dalam waktu dua tahun.

Setelah dipandang sebagai pemimpin masa depan, Anwar Ibrahim kemudian berselisih dengan pemerintah. Dia dipenjara untuk kedua kalinya tiga tahun lalu atas apa yang dia katakan adalah tuduhan sodomi yang dibuat-buat. Setelah dibebaskan, dia mengatakan pada konferensi pers bahwa dia berterima kasih kepada rakyat Malaysia, yang “berpegang teguh pada prinsip-prinsip demokrasi dan kebebasan”.

“Mereka menuntut perubahan.”

Anwar mengatakan dia telah memaafkan Tun Mahathir dan menekankan dia akan memberikan dukungan penuh kepada pemerintah baru, meskipun tidak segera menjadi bagian darinya.

BBC tidak bertanggung jawab atas konten website eksternal. [Lihat tweet asli di Twitter]



“Saya dan Mahathir sudah mengubur kapak, itu sudah lama sekali,” kata Anwar pada konferensi pers di rumahnya. Selama bertahun-tahun dia memimpin gerakan oposisi Malaysia, yang pekan lalu mengalahkan mantan partai yang berkuasa untuk pertama kalinya dalam sejarah negara Malaysia.

Kemenangan mengejutkan pemilihan umum pekan lalu mengikuti rekonsiliasi antara Anwar dan mantan mentor politiknya yang berusia 92 tahun, yang memecat dan memenjarakannya 20 tahun lalu selama tugas pertamanya sebagai perdana menteri. Dato Sri' Anwar berjalan bebas di sebuah hospital di ibu kota Kuala Lumpur, yang di mana dia telah menjalani perawatan untuk masalah bahu.

Pendukung yang berkemah di rumah sakit membuntutinya ke istana kerajaan Istana Negara di mana dia bertemu Mahathir sebelum diampuni oleh raja. "Hidup Anwar,”  teriak para pendukung dengan motor saat mereka memasuki kompleks kerajaan untuk mendukung pemimpin mereka yang baru dibebaskan.

“Dia adalah simbol kebebasan bagi orang Malaysia seperti saya,” kata Ahmad Samsuddin, 59 tahun, kepada BBC. "Akhirnya, rasanya seperti gelombang perubahan berbalik di Malaysia setelah bertahun-tahun ketidakadilan. Hari ini adalah hari bersejarah dengan pembebasan Anwar dan akan menjadi lebih baik lagi.”

Lika-liku yang luar biasa



Kisah hubungan antara Tun Mahathir dan Dato Sri' Anwar adalah salah satu lika-liku yang luar biasa. Selama tahun 1990-an mereka adalah sekutu politik, masing-masing menjabat sebagai perdana menteri dan wakil perdana menteri. Tapi Anwar kemudian dipecat pada tahun 1998 dan dipenjara setahun kemudian karena penyalahgunaan kekuasaan. Pada tahun 2000 ia dihukum karena sodomi dan diberi tambahan hukuman penjara sembilan tahun.

Pada tahun 2004 tuduhannya telah dibatalkan dan dia memimpin oposisi untuk mendapatkan kemenangan yang belum pernah terjadi sebelumnya – meskipun tetap tidak meraih kemenangan – dalam pemilihan umum 2008 dan 2013. Setahun kemudian ketika dia menuju ke pemilihan negara bagian dia dilihat akan meraih kemenangan, namun dia kemudian dikirim kembali ke penjara.

Peristiwa berubah menjadi luar biasa awal tahun ini, ketika Tun Mahathir mengumumkan dia akan bergabung dengan oposisi dan mencalonkan diri untuk menjabat sebagai PM sekali lagi. Tun Mahathir mengatakan bahawa dia muak dengan tuduhan rasuah yang mengganggu pertahanan Negara, Najib Razak, mantan sekutunya yang lain.

Satu syarat agar Tun Mahathir diizinkan memimpin koalisi oposisi adalah dia setuju untuk mendapatkan pengampunan kerajaan untuk Anwar yang tetap populer di kalangan pendukungnya. Tun Mahathir setuju dan selanjutnya mengatakan dia bermaksud menyerahkan jabatan perdana menteri kepada Anwar dalam waktu dua tahun.

Covid-19



Dalam bulan Disember 2019, NOVEL Corona Virus[Covid-19] telah mula menyebar ke serata dunia. Tidak terkecuali negara Malaysia, dalam masa-masa tersebut. PM Malaysia ketika itu, Tun Mahathir telah memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya. Ini menyebabkan tampok kerajaan menjadi kosong.

Melihat hal ini, Agong selaku pemegang kekuasaan tertinggi telah berkenan melantik Tan Sri Dato' Haji Muhyiddin Yassin untuk menjadi PM ke-8 Malaysia. Dalam masa-masa ini, Anwar Ibrahim jarang memunculkan diri ke publik ikutan perintah kawalan pergerakan yang dilaksanakan.

Pada 16 Ogos 2021, setelah mendapat desakan dari rakyat. Tan Sri Dato' Haji Muhyiddin Yassin telah meletakkan jawatan dari posisi PM Malaysia ketika itu. Pada 21 Ogos 2021, Dato' Sri Ismail Sabri telah dilantik menjadi PM ke-9 Malaysia telah dilihat kompeten dalam menjalankan tanggungjawabnya selama berada di bawah pemerintahan Muhyiddin Yassin.

Pilihan Raya Umum Ke-15 Malaysia



Pada 19 November 2022, Pilihan Raya Umum Ke-15 Malaysia telah dijalankan bagi memilih sosok Perdana Menteri setelah 5 tahun sejak Pilihan Raya Umum Ke-14 Malaysia. Dalam Pilihan Raya ini, Malaysia telah mengalami dilema politik baru ketika tiada pihak yang mendapat majoriti mudah.

Selama seminggu, rakyat Malaysia telah menantikan sosok yang akan memimpin Negara Malaysia pada masa mendatang. Pada 24 November 2022, Agong yang telah menjalankan perjumpaan dan perbincangan dengan raja-raja Melayu telah memutuskan dan berkenan memberi mandat kepada Dato' Sri Anwar Ibrahim untuk memimpin Malaysia sebagai PM ke-10.

Pada hari yang sama perbincangan Raja-raja Melayu, 5 petang itu. Dato' Sri Anwar Ibrahim telah dilantik untuk mengangkat sumpah sebagai PM Malaysia Ke-10.

Penutup



Setelah penantian selama bertahun-tahun lamanya, dan menghadapi pelbagai jenis rintangan. Dato' Sri Anwar Bin Ibrahim pada akhirnya berjaya mencapai impian beliau untuk memegang jawatan selaku PM Malaysia.

Kerajaan Malaysia pada masa kini tidaklah sama seperti kerajaan-kerajaan sebelumnya dikeranakan kerajaan yang dipimpin Dato' Sri Anwar Ibrahim adalah kerajaan perpaduan. Dengan wujudnya sebuah sistem kerajaan yang baru, rakyat mengharapkan Malaysia mengalami kemajuan dalam pelbagai sektor dan dapat meringankan beban rakyat pasca kemunduran ekonomi ekoran Pandemik Covid-19.

Catat Ulasan

0 Ulasan